Blogger Cursor by Tutorial Blogspot

RSS

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009


1. Pemantauan berat badan anak balita
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi keluarga yang melakukan pemantauan pertumbuhan balita secara teratur mencapai 61.9%. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari angka pemantauan pertumbuhan balita tingkat Sulsel tahun 2009 yang mencapai 67.7% (Dinkes Sulsel, 2009). Menurut Depkes (2007), target cakupan penimbangan balita minimal adalah 80%. Artinya, dilihat dari target penimbangan balita maka cakupan penimbangan balita di kabupaten Bulukumba masih dibawah standar. Masih rendahnya cakupan Pemantauan berat badan anak balita di Kabupaten Bulukumba ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu yang masih rendah. Pada tingkat pendidikan yang rendah, maka pengetahuan mereka akan manfaat menimbang anak juga rendah sehingga kesadaran keluarga untuk menimbang anaknya di posyandu atau unit pelayanan kesehatan relatih rendah. Hal tersebut telah dibuktikan pada hasil analisis data
Kadarzi Sulsel yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan KK maupun ibu semakin teratur dalam menimbang berat badan atau memantau pertumbuhan balita (Dinkes Sulsel, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa keteraturan keluarga dalam menimbang anaknya setiap bulan berkaitan dengan umur anaknya. Mulai umur tiga tahun terjadi penurunan jumlah anak balita yang ditimbang secara teratur. Pada umur satu sampai dua tahun angka cakupan pemantauan balita cendrung tinggi, karena pada saat itu anak-anak akan diberikan layanan imunisasi sehingga ibu-ibu lebih tertarik menimbang anaknya. Ketika anak sudah mencapai usia tiga tahun, anak balita sudah tidak mendapatkan lagi pelayanan imunisasi di posyandu, sehingga kesadaran untuk menimbang setiap bulan pun menurun.
2.Pemberian ASI Eksklusif
Kesadaran ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Kabupaten Bulukumba sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari cakupan pemberian ASI Eksklusif yang sudah mencapai 63.8%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bulukumba tersebut jauh di atas angka pemberian ASI Eksklusif tingkat Sulawesi Selatan yang baru mencapai 48.4% (Dinkes Sulsel, 2009). 
3. Konsumsi makanan beraneka ragam
Jumlah anak balita yang mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam di Kabupaten Bulukumba sudah mencapai 77.6%. Menurut Depkes (2007), target keluarga yang konsumsi makanan beraneka ragam adalah 80%. Artinya, cakupan balita yang mengkonsumsi makanan beraneka ragam di kabupaten Bulukumba sudah mendekati angka yang ditarget oleh pemerintah. Tingginya jumlah anak balita yang mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam di Kabupaten Bulukumba dapat disebabkan karena dikabupaten ini merupakan termasuk daerah penghasil ikan sebagai sumber lauk hewani, juga penghasil sayuran dan buah-buahan.
4. Penggunaan garam beryodium
Proporsi rumah tangga yang mempunyai garam cukup iodium (> 30 ppm KIO3) Kabupaten Bulukumba baru mencapai 64.2%. Angka tersebut masih lebih rendah dari cakupan garam beryodium tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai 75,0% (Dinkes Sulsel, 2009), namun sudah lebih tinggi dari cakupan garam yodium tingkat nasional yang hanya mencapai 62,3% (Rikesda, 2007). Pencapaian ini masih jauh dari target nasional 2010 ³garam beriodium untuk semua” yaitu minimal 90% rumah-tangga menggunakan garam cukup iodium.
5. Konsumsi Kapsul vitamin A
Salah satu cara untuk mencegah adalah dengan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi secara gratis pada setiap balita. Saat ini program pemberian kapsul vitamin A dilakukan 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Pebruari dan Agustus disetiap posyandu dan unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Dalam penelitian ini, seorang dikatakan mengkonsumsi kapsul vitamin A dengan baik apabila mendapat/mengkonsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2 kali dalam satu tahun terakhir, sesuai dengan umur anak. Berdasarkan kriteria tersebut terlihat pada tabel 19 bahwa cakupan kapsul vitamin A di Kabupaten Bulukumba baru mencapai 73.3%. 
6. Status gizi anak balita 
Secara umum proporsi gizi kurang (termasuk gizi buruk) di Kabupaten Bulukumba adalah 14.7%. Proporsi gizi kurang dan gizi buruk tersebut telah mengalami penurunan dibandingkan hasil RIKESDA untuk Kabupaten Bulukumba tahun 2007 yang mencapai 16.5%. Angka tersebut berada di dibawah angka gizi buruk dan gizi kurang nasional yaitu 18.4% (RIKESDA, 2007), maupun angka gizi kurang dan gizi buruk tingkat Sulawesi Selatan tahun 2009 yang mencapai 20.5%. 

untuk mendapatkan naskah aslinya....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar