Blogger Cursor by Tutorial Blogspot

RSS

POLA KONSUMSI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA PEGAWAI PEMERINTAHAN DI KANTOR BUPATI KABUPATEN JENEPONTO

Masalah overweight dan obesitas meningkat dengan cepat di berbagai belahan dunia menuju proporsi epidemik. Di Negara maju, obesitas telah menjadi epidemik dengan memberikan kontribusi sebesar 35% terhadap angka kesakitan dan berkontribusi 15-20% terhadap kematian. Obesitas tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi menyebabkan masalah kesehatan yang serius yang dapat memacu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, protrombik dan respon inflamasi (Grundy et al, 2004).

Faktor risiko asupan gula sukrosa yang tinggi dengan kejadian obesitas sentral
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa konsumsi makanan dan minuman manis dalam hal ini asupan gula sukrosa yang tinggi merupakan faktor risiko obesitas sentral pada pegawai di kantor bupati kab. Jeneponto. Besarnya risiko terjadinya obesitas sentral pada responden dengan asupan gula sukrosa yang tinggi (>50 g/ hari) adalah 4,2 kali lebih besar dibanding dengan responden dengan asupan gula sukrosa yang cukup yaitu ≤ 50 g/ hari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Masnar (2010) yang menyatakan bahwa prevalensi obesitas sentral tampak pada responden yang mengonsumsi makanan manis, berlemak, jeroan lebih dari setiap hari atau lebih. Untuk variabel konsumsi makanan manis dan jeroan nilai p= 0,001 dan p = 0,048. Makanan manis meningkatkan berat tubuh dan lingkar perut. Hubungan ini diduga karena kombinasi antara makanan berlemak dengan makanan manis. Makanan manis seringkali kaya lemak (Drapeau et al. 2004).

Faktor risiko asupan lemak yang tinggi dengan kejadian obesitas sentral
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa banyaknya responden kasus yang memiliki asupan lemak tinggi yaitu >110% AKG adalah sebanyak 28 orang atau sebesar 70% sedangkan responden kasus yang memiliki asupan lemak cukup yaitu 80-100% AKG adalah sebanyak 12 orang atau sebesar 30%. Sedangkan responden kontrol yang memiliki asupan lemak tinggi yaitu hanya 8 orang atau sebesar 20% sedangkan responden kontrol yang memiliki asupan lemak cukup sebanyak 32 orang atau sebesar 80%.

Faktor risiko konsumsi sayur dan buah yang rendah dengan kejadian obesitas sentral
Konsumsi sayuran dan buah-buahan responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan asupan serat. Tubuh membutuhkan serat. Dalam saluran pencernaan, serat larut mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan bersama tinja dengan demikian makin tinggi konsumsi serat larut (tidak dicerna, namun dikeluarkan bersama feses), akan semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh.

untuk mendapatkan naskah aslinya...
download disini


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Iron Deficiency in Young Children in Low-Income Countries and New Approaches for Its Prevention


Abstract

Anemia resulting from severe iron deficiency (ID) is the most prevalent and widespread nutrition-related health problem in infants and young children in low-income countries and has proven very resistant to prevention through public health interventions. Accumulative evidence from animal and human studies suggests that such deficiencies are associated with large adverse effects on child cognitive and motor development. Therefore, effective interventions to improve iron status will have large health benefits. Action to reduce young child ID would benefit from overarching policy and programmatic guidance that informs decision makers about what to do, when to do it, and how to do it. The impetus for new approaches to prevent ID in young children reflects growing recognition of the need to intervene early and often and for better vehicles to deliver iron. Prevention of ID requires strong delivery systems that enhance consumer demand and promote compliance. When this occurs, the prevalence of anemia is greatly reduced.

Introduction

Anemia resulting from severe iron deficiency (ID)3 is the most prevalent and widespread nutrition problem in infants and young children in the developing world (1) and has proven very resistant to prevention through public health interventions. Accumulated evidence from animal and human studies suggests that such deficiencies are associated with adverse effects on child cognitive and motor development (24). Therefore, effective interventions to improve iron status will likely have important health benefits.
Action to reduce young child ID would benefit from overarching policy and programmatic guidance that informs decision makers about appropriate intervention(s) or what to dowhen to do it, and also addresses appropriate delivery models or how to do it. Most policies do not consider the role of maternal iron status or birth practices in the etiology of ID; supplementation for pregnant women is recommended for maternal health and not as a broader strategy to also improve newborn iron status. Interventions that could protect iron status at birth and during the first 6 mo of life, such as delayed umbilical cord clamping (5) and promotion of exclusive breast-feeding are rarely considered. In some settings, deworming is also a useful intervention to consider (6). The opportunities for different and mutually reinforcing interventions to prevent ID in young children need to be harnessed.
In this introductory article, I discuss how ID and iron deficiency anemia (IDA) are defined and present anemia prevalence and trend data. I also summarize how new approaches to prevent ID in young children reflect a number of factors, including the recognition of the multiple opportunities where intervention is possible and the development of new vehicles to deliver iron. I close with a description of why attention to delivery systems and monitoring and evaluation is so important and a success story to illustrate how the prevalence of young child anemia can be greatly reduced.


untuk mendapatkan naskah aslinya...
Download disini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009


1. Pemantauan berat badan anak balita
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi keluarga yang melakukan pemantauan pertumbuhan balita secara teratur mencapai 61.9%. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari angka pemantauan pertumbuhan balita tingkat Sulsel tahun 2009 yang mencapai 67.7% (Dinkes Sulsel, 2009). Menurut Depkes (2007), target cakupan penimbangan balita minimal adalah 80%. Artinya, dilihat dari target penimbangan balita maka cakupan penimbangan balita di kabupaten Bulukumba masih dibawah standar. Masih rendahnya cakupan Pemantauan berat badan anak balita di Kabupaten Bulukumba ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu yang masih rendah. Pada tingkat pendidikan yang rendah, maka pengetahuan mereka akan manfaat menimbang anak juga rendah sehingga kesadaran keluarga untuk menimbang anaknya di posyandu atau unit pelayanan kesehatan relatih rendah. Hal tersebut telah dibuktikan pada hasil analisis data
Kadarzi Sulsel yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan KK maupun ibu semakin teratur dalam menimbang berat badan atau memantau pertumbuhan balita (Dinkes Sulsel, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa keteraturan keluarga dalam menimbang anaknya setiap bulan berkaitan dengan umur anaknya. Mulai umur tiga tahun terjadi penurunan jumlah anak balita yang ditimbang secara teratur. Pada umur satu sampai dua tahun angka cakupan pemantauan balita cendrung tinggi, karena pada saat itu anak-anak akan diberikan layanan imunisasi sehingga ibu-ibu lebih tertarik menimbang anaknya. Ketika anak sudah mencapai usia tiga tahun, anak balita sudah tidak mendapatkan lagi pelayanan imunisasi di posyandu, sehingga kesadaran untuk menimbang setiap bulan pun menurun.
2.Pemberian ASI Eksklusif
Kesadaran ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Kabupaten Bulukumba sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari cakupan pemberian ASI Eksklusif yang sudah mencapai 63.8%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bulukumba tersebut jauh di atas angka pemberian ASI Eksklusif tingkat Sulawesi Selatan yang baru mencapai 48.4% (Dinkes Sulsel, 2009). 
3. Konsumsi makanan beraneka ragam
Jumlah anak balita yang mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam di Kabupaten Bulukumba sudah mencapai 77.6%. Menurut Depkes (2007), target keluarga yang konsumsi makanan beraneka ragam adalah 80%. Artinya, cakupan balita yang mengkonsumsi makanan beraneka ragam di kabupaten Bulukumba sudah mendekati angka yang ditarget oleh pemerintah. Tingginya jumlah anak balita yang mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam di Kabupaten Bulukumba dapat disebabkan karena dikabupaten ini merupakan termasuk daerah penghasil ikan sebagai sumber lauk hewani, juga penghasil sayuran dan buah-buahan.
4. Penggunaan garam beryodium
Proporsi rumah tangga yang mempunyai garam cukup iodium (> 30 ppm KIO3) Kabupaten Bulukumba baru mencapai 64.2%. Angka tersebut masih lebih rendah dari cakupan garam beryodium tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai 75,0% (Dinkes Sulsel, 2009), namun sudah lebih tinggi dari cakupan garam yodium tingkat nasional yang hanya mencapai 62,3% (Rikesda, 2007). Pencapaian ini masih jauh dari target nasional 2010 ³garam beriodium untuk semua” yaitu minimal 90% rumah-tangga menggunakan garam cukup iodium.
5. Konsumsi Kapsul vitamin A
Salah satu cara untuk mencegah adalah dengan memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi secara gratis pada setiap balita. Saat ini program pemberian kapsul vitamin A dilakukan 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Pebruari dan Agustus disetiap posyandu dan unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Dalam penelitian ini, seorang dikatakan mengkonsumsi kapsul vitamin A dengan baik apabila mendapat/mengkonsumsi kapsul vitamin A sebanyak 2 kali dalam satu tahun terakhir, sesuai dengan umur anak. Berdasarkan kriteria tersebut terlihat pada tabel 19 bahwa cakupan kapsul vitamin A di Kabupaten Bulukumba baru mencapai 73.3%. 
6. Status gizi anak balita 
Secara umum proporsi gizi kurang (termasuk gizi buruk) di Kabupaten Bulukumba adalah 14.7%. Proporsi gizi kurang dan gizi buruk tersebut telah mengalami penurunan dibandingkan hasil RIKESDA untuk Kabupaten Bulukumba tahun 2007 yang mencapai 16.5%. Angka tersebut berada di dibawah angka gizi buruk dan gizi kurang nasional yaitu 18.4% (RIKESDA, 2007), maupun angka gizi kurang dan gizi buruk tingkat Sulawesi Selatan tahun 2009 yang mencapai 20.5%. 

untuk mendapatkan naskah aslinya....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Artis Korea yang tidak melakukan Operasi Plastik

Operasi Plastik bukan hal yang tabu di Korea,sudah bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar artis korea kecantikannya banyak hasil oplas. Tapi banyak juga artis korea yang benar benar memiliki kecantikan alami. Siapa saja mereka ?

1. Song Hye Gyo






Dia adalah artis wanita Korea tercantik & terpopuler saat ini.Kecantikan naturalnya tak tersentuh pisau bedah plastik dan bahkan kecantikannya telah diakui dunia dengan masuk jajaran 100 wanita tercantik di dunia versi sebuah majalah terkenal Amerika tahun 2010 lalu.Doi bahkan berada di posisi ke 16 mengalahkan artis-artis cantik Hollywood.

















2. Kim Tae Hee








Memulai debutnya di drama populer stairway to heaven, walau berperan antagonis di drama itu doi langsung mencuri perhatian dengan matanya yang indah bersinar.Dia adalah pemeran antagonis yang begitu dicintai penggemarnya.Seiring berjalannya waktu popularitasnya menanjak dan ia selalu kebagian pemeran utama.Banyak drama populer dibintanginya diantaranya Love Story in Harvard ,Drama Mahal IRIS , My Princess dan terbaru sebuah dorama jepang .





3. Han Ga In









Doi salah satu artis korea yang begitu dipuja kecantikan alaminya.Tak ada yang berani menyangkal kecantikannya yang natural .Walau sudah menikah kecantikannya tak pernah pudar.Doi juga cukup terkenal karena kecantikan wajahnya saat di sekolah menengah. Han Ga In debut sebagai seorang aktris karena wajahnya yang cantik saat dia tampil dalam berita pagi untuk segmen wawancara siswa







4. Goo Hye Sun






Berkat Serial Boys Before Flower membuat nama Goo Hye Sun melambung dan dikenal dikalangan pecinta Korea.Kecantikannya diyakini juga Natural.












5. Jang Nara








Jang Nara si pemilik wajah Babyface ini juga punya wajah natural tanpa oplas, bahkan diusianya yang sudah kepala 3 wajahnya masih seperti remaja.Hal ini sesuai dengan cerita drama terbarunya Babyface Beauty yang menurut sutradara drama ini memang khusus dibuat untuk Jang Nara.











6. Lee Young Ae








Namanya begitu cemerlang di jagad hiburan korea, dia salah satu artis kebanggaan korea, terlebih serial Jewel In The Palace yang di bintanginya telah melahirkan fenomena baru di dunia hiburan korea.Ia membawa kebudayaan korea terkenal hingga mancanegara.Selain itu wajahnya benar-benar cantik alami.











7. Kim So Eun











Pemeran Cu Ga El di drama populer Boys Before Flower ini disanjung karena kemurnian wajahnya.Ia nampak begitu cantik dari kecil hingga dewasa tak ada yang berubah dari wajahnya.Ia juga sering dibandingkan dengan Park Min Young karena kemiripan wajah mereka . Tapi Park Min Young telah mengakui wajahnya adalah hasil Oplas sementara Kim So Eun benar-benar alami.












8. Yoona SNSD








Personil Girl Generation / SNSD ini telah diakui kecantikan alaminya yang tak tersentuh pisau bedah. Bahkan baru-baru ini ia terpilih sebagai ratu kecantikan alami.




















8. Han Hye Jin








Han Hye Jin juga diyakini memiliki wajah yang natural, doi pernah main didrama-drama terkenal seperti Jumong & The Thorn Birds.












9. Moon Geun Young








Moon Geun Young memulai debutnya sejak ia kanak-kanak hingga hampir semua orang sudah mengenali wajahnya sejak ia kecil sehingga bisa dipastikan bahwa tak ada yang berubah dari wajahnya sejak dulu hingga sekarang.











9.Choi Kang Hee








Choi Kang Hee juga mempunyai wajah yang cantik alami sejak kecil, ia merasa tak perlu mengoperasi wajahnya. Drama terbarunya Protect The Boss sangat populer dan mendapat rating tinggi.




                              


10.Han Ye Seul








Han Ye Seul lahir dan besar di Amerika, namun ia beruntung punya wajah cantik sejak kecil hingga tak perlu mengoperasi wajahnya. Tanpa mengoperasi wajahnya pun ia sangat terkenal. Drama Couple Or Trouble & Spy Myung Wol diantara banyak drama yang dibintanginya.









11. Lee Boo Young





Mantan Kekasih Ji Sung Oppa ini diyakini punya wajah natural tanpa oplas. Beberapa Drama terkenal yang dibintanginya adalah Becoming A Billionare, Song Of The Prince dll.





12. Shin Min Ah






13. Son Ye Jin





Wajahnya pertama kali aq kenal lewat drama Summer Scent bareng Song Seung Hun oppa,banyak drama yang dibintanginya diantaranya bareng Lee Min Hoo Personal Taste.





14. Lee Min Jung





Pertama kali liat doi di drama populer Boys Before Flower , dramanya yang lain Midas dan film terbarunya Wonderful Radio.








15. Lee Yeon Hee








Ia membintangi sejumlah drama beken seperti East Of Eden dan Paradise Ranch.








16. Lee Na Young








Pemain The Fuginitive Plan B bareng Rain oppa ini juga punya wajah cantik alami.












17. Kim Ok Bin








Kim Ok Bin salah satu drama yang di bintanginya adalah Over The Rainwbow. Doi juga pernah maen film sebagai gadis Vietnam bareng Lee Dong Wook oppa berjudul Hanoi Bride.










18.Kim Yoon Hee


















19. Lee Yujin




Doi pernah maen drama Into The Sun & Phoenix.




20. Park Shin Hye






Memulai debutnya sejak remaja di drama populer Stairway To Heaven wajahnya sudah melekat di hati penggemarnya. Dari dulu hingga kini wajahnya tak banyak berubah.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS